Teori Belajar

| |

Teori Penguat
Oleh : Kelompok III

Anggota :


Hasil Diskusi
A.  Tokoh dalam Teori Penguat
Tokoh yang berperan dalam teori penguat yaitu J.B. Watson. Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Peranan J.B. Watson dalam perkembangan teori rangsang-balas adalah mengukuhkannya ke dalam suatu aliran yang diberinya nama aliran Behaviorisme.Pengukuhan itu dilakukannya dengan mengemukakan suatu kertas kerja berjudul Psychology as the behaviorist views it (Watson, 1913). Dalam aliran inilah teori rangsang-balas ini berkembang dengan pesat.

B.  Pengertian Teori Penguat

Teori penguat atau yang sering juga disebut sebagai rangsang-balas merupakan suatu teori dimana digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial seperti sikap (attitude). Maksud sikap disini adalah kecendurungan atau ketersediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.

Salah satu teori yang menerenagkan tentang terbentuknya sikap ini dikemukakan oleh Daryl Beum (1964). Beum mengemukakan empat asumsi dasar yaitu :

1. Setiap tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi sikap, sistem kepercayaan, dorongan, kehendak, ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu.

2. Rangsang atau tingkah laku-balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku. Konsep ini hanya dapat didefinisikan dan diukur secara fisik dan nyata(tampak mata).

3. Prinsip-prinsip hubungan rangsang-balas sebetulnya hanya sedikit. Prinsip ini sangat tampak bervariasi karena bervariasinya lingkungan di mana hubungan rangsang-balas itu berlaku.

4. Dalam analisis tentang tingkah laku perlu dihindari di ikutsertakannya keadaan-keadaan internal yang terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul,baik yang bersifat fisiologik(kelelahan. kelaparan, dll) maupun yang bersifat konseptual (dorongan, kehendak,dll).

Berdasarkan asumsi-asumsi dasar diatas maka Beum mengemukakan teori tentang Hubungan Fungsional dalam interaksi sosial. Dalam teori tersebut, Beum menyatakan bahwa dalam interaksi sosial terjadi dua macam hubungan fungsional, pertama adalah hubungan fungsional di mana terdapat kontrol penguat, yaitu jika tingkah laku-balas ternyata menimbulkan penguat yang bersifat ganjaran. Dalam hal ini ada-tidaknya atau banyak-sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas. Hubungan fungsional yang kedua terjadi jika tingkah laku-balas hanya mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu. Hubungan fungsional yang seperti ini disebut hubungan fungsional di mana terdapat kontrol diskriminatif dan tingkah laku-balas yang terjadi hanya jika ada rangsang diskriminatif disebut tact.


C.  Contoh dan Penerapan Teori Penguat

      Sehubungan dengan dinamika sebagai mahasiswa IT, beberapa contoh dan penerapan teori penguat (rangsang-balas) diantaranya:

a.  Seorang dosen menggunakan metode belajar dengan cara selalu menyuruh mahasiswanya untuk menulis di kertas semua tugas-tugas maupun rangkuman dari apa saja yang disampaikannya  selama perkuliahan. Sementara telah tersedia media pembelajaran yang lebih mudah seperti penggunaan teknologi komputer yang dapat mendukung teknologi aplikasi pengolah kata seperti Ms. Word. Mereka tetap melaksanakan permintaan dosen tersebut namun dengan perasaan kesal dan kondisi yang letih karena tangan mereka dipaksa untuk menulis terus-menulis.

b.  Mahasiswa Teknologi Informasi semester III harus mengikuti jadwal lab yang padat di hari Selasa dan Rabu. Hal ini mengakibatkan mahasiswa semester III harus menunda makan siang hingga pukul 3 sore. Walau mata kuliah yang diikuti tidak terlalu berat, namun dengan kondisi lapar mereka tidak konsentrasi mengikuti pelajaran yang dibawakan asisten lab mata kuliah yang bersangkutan. Sehingga pelajaran yang didapat tidak semaksimal kuliah-kuliah lainnya.

Testimoni
Teori belajar penguat lebih mengutamakan keadaan stimulus dan respon seseorang dalam menanggapi sesuatu. Teori belajar ini dapat kita sadari secara langsung maupun tidak. Contoh secara langsung yaitu saat seseorang kedinginan saat AC di dalam sebuah ruangan dinyalakan. Contoh tidak langsung yaitu, seperti saat seseorang merasa marah saat dia diejek oleh temannya. Teori belajar penguat ini cukup sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari yang ditangkap oleh alat indera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan juga perasa.

Source : 
http://waroengpsikologi.blogspot.com/2012/10/psikologi-sosialpengembangan-teori.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.html

0 comments:

Post a Comment